Trenbelajar.com – Dalam pembelajaran, reward (penghargaan) dan sanksi (konsekuensi) dapat memiliki peran yang signifikan dalam membentuk perilaku dan hasil belajar siswa.
Penting untuk dipertimbangkan bahwa penggunaan reward dan sanksi ini dalam konteks pendekatan pembelajaran yang berbeda.
Di sisi lain terdapat pandangan yang kritis terhadap pemberian reward dan sanksi kepada siswa.
Teori tersebut diantaranya pendekatan pendidikan Montessori dan pendekatan pendidikan demokratis Freinet.
Perbedaan pendapat terhadap pemberian reward dan sanksi ini berpusat pada kepercayaan bahwa siswa seharusnya memotivasi diri sendiri dalam belajarnya dan mengembangkan perilaku yang positif bukan bergantung hadiah maupun sanksi yang merupakan pemberian dari eksternal diri siswa.
Teori Pendekatan Montessori dan Freinet
1. Pendekatan Montessori
Metode Montessori didasarkan pada keyakinan bahwa anak memiliki dorongan bawaan untuk belajar dan tumbuh.
Di pendekatan ini, guru bertindak sebagai pengamat dan fasilitator, sementara siswa memiliki kebebasan dalam pemilihan kegiatan belajar mereka.
Penekanan diberikan pada lingkungan yang memfasilitasi eksplorasi, kesalahan yang diterima, dan kemandirian. Dalam pendekatan ini, pemberian reward dan sanksi dianggap dapat mengalihkan perhatian dari motivasi intrinsik siswa.
2. Pendekatan Freinet
Pendekatan pendidikan Freinet menekankan pada partisipasi aktif siswa dalam proses belajar dan demokrasi dalam kelas.
Guru dan siswa bekerja sama dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar yang menarik dan relevan.
Pendekatan ini menekankan pada kebebasan dan tanggung jawab siswa, dengan penekanan pada pengambilan keputusan kolektif.
Pendekatan ini menegaskan pemberian reward dan sanksi dianggap dapat menghambat motivasi intrinsik dan partisipasi aktif siswa.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun pendekatan pendidikannya kritis terhadap pemberian reward dan sanksi, tidak berarti bahwa mereka menolak segala bentuk umpan balik atau evaluasi. Sebaliknya, mereka menekankan pentingnya memberikan umpan balik yang konstruktif dan merangsang perkembangan siswa melalui penghargaan yang berasal dari kepuasan intrinsik.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan motivasi internal, otonomi, dan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran
.
Manakah Pendekatan yang Tepat diterapkan ke siswa
Setiap pendekatan pendidikan memiliki keunikan dan kelebihannya masing-masing, dan penting bagi pendidik untuk memilih pendekatan yang sesuai dengan nilai-nilai dan filosofi yang mereka anut serta kebutuhan siswa yang mereka ajar.
Pada artikel ini akan dijelaskan penerapan dua teori pendidikan yang berbeda, yaitu pendekatan Montessori dan pendekatan behavioristik dalam konteks pembelajaran siswa.
Kedua teori memiliki landasan teoritis dan praktik yang unik.
1. Penerapan Pendekatan Montessori:
Pendekatan Montessori didasarkan pada keyakinan bahwa anak memiliki dorongan bawaan untuk belajar dan tumbuh.
Dalam konteks pembelajaran siswa, penerapan pendekatan Montessori :
a. Menciptakan lingkungan belajar yang sesuai. Lingkungan pembelajaran Montessori biasanya diatur sedemikian rupa untuk memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan belajar secara mandiri.
Ruang kelas disusun dengan peralatan dan bahan yang dirancang untuk memfasilitasi perkembangan keterampilan siswa.
b. Memberikan kebebasan dalam pemilihan kegiatan belajar.
Siswa diberikan kebebasan untuk memilih kegiatan belajar yang mereka minati dan sesuai dengan tingkat perkembangan mereka.
Guru bertindak sebagai pengamat dan fasilitator, memberikan panduan saat diperlukan, namun memberi kebebasan kepada siswa untuk menjalani proses belajar mereka.
c. Fokus pada perkembangan kemandirian siswa.
Penerapan pendekatan Montessori mendorong perkembangan kemandirian siswa dalam belajar. Siswa diberi kesempatan untuk memilih dan menyelesaikan tugas mereka sendiri dan belajar dari kegagalan serta kesalahan mereka sendiri.
2. Penerapan Pendekatan Behavioristik.
a. P.ndekatan behavioristik didasarkan pada keyakinan bahwa perilaku dapat dikendalikan melalui rangsangan eksternal dan konsekuensi. Dalam konteks pembelajaran siswa, penerapan pendekatan behavioristik melibatkan:
b. Penggunaan reward dan hukuman.
Reward diberikan kepada siswa untuk memperkuat perilaku yang diinginkan, sementara hukuman diberikan sebagai konsekuensi atas perilaku yang tidak diinginkan.
Sementara itu, Reward tersebut dapat berupa pujian, penghargaan, atau bentuk pengakuan lainnya, sedangkan hukuman dapat berupa penarikan hak atau konsekuensi negatif.
c. Penentuan target dan objektif yang jelas.
Penerapan pendekatan behavioristik melibatkan penentuan target dan objektif yang jelas bagi siswa. Guru menentukan perilaku yang diinginkan dan memberikan panduan serta umpan balik terkait perilaku tersebut.
c. Pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan.
Untuk memperkuat perilaku yang diinginkan, penerapan pendekatan behavioristik meyakini bahwa latihan dan pengulangan diperlukan.
Siswa diberikan kesempatan untuk melatih dan mengulang perilaku yang diinginkan agar menjadi kebiasaan.
Dalam pembelajaran siswa, penerapan pendekatan Montessori dan pendekatan behavioristik memiliki pendekatan dan praktik yang berbeda.
Pendekatan Montessori memberikan kebebasan kepada siswa dan menekankan pada pengembangan kemandirian dan minat siswa dalam proses belajar.
Sementara itu, pendekatan behavioristik menggunakan reward dan hukuman untuk mengendalikan dan memperkuat perilaku siswa.
Penting bagi pendidik untuk memahami keduanya dan memilih cara terbaik dalam membantu siswa belajar dan berkembang sesuai dengan konteks dan kebutuhan siswa.
Ingat tidak ada satu pendekatan yang bisa dikatakan secara mutlak sebagai “teori yang terbaik” untuk diterapkan kepada siswa.
Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri, dan dapat efektif tergantung pada konteks, tujuan pembelajaran, dan karakteristik siswa yang sedang diajar.
Penggabungan elemen dari kedua pendekatan ini juga dapat menjadi pilihan yang efektif dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung bagi siswa.
Oleh karena itu, sangat penting bagi pendidik untuk mengevaluasi konteks pembelajaran, karakteristik siswa, dan tujuan pembelajaran yang spesifik untuk memilih dan menerapkan pendekatan yang paling sesuai.
Apresiasi terhadap keberagaman pendekatan dan fleksibilitas dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran siswa adalah kunci untuk mencapai hasil yang optimal.