Trenbelajar.com – Kurikulum Merdeka adalah sebuah prinsip pendidikan yang menekankan pada pembelajaran yang lebih mandiri dan fleksibel bagi setiap peserta didik. Dalam kurikulum ini, anak diajarkan untuk mengatur waktu dan belajar secara mandiri. Namun, muncul pertanyaan apakah anak diperbolehkan mendapatkan sanksi maupun reward dalam Kurikulum Merdeka?
Sanksi dan reward sering digunakan sebagai alat pendorong bagi anak-anak dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sanksi dapat berupa hukuman atau konsekuensi negatif saat anak tidak memenuhi kewajibannya, sedangkan reward adalah penghargaan atau konsekuensi positif ketika anak berhasil mencapai target yang telah ditetapkan.
Meskipun terdapat berbagai pendapat mengenai efektivitas dan etika penggunaan sanksi maupun reward terhadap anak, nyatanya keduanya dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan dan pembelajaran anak dalam lingkungan pendidikan yang inklusif.
Teori Terkait Pemberian Sanksi dan Reward dalam Pendidikan Anak
Ada beberapa teori yang dapat memberikan pemahaman tentang pemberian sanksi dan reward dalam pendidikan anak. Berikut ini beberapa teori yang relevan:
1. Teori Penguatan (Reinforcement Theory)
Teori ini diperkenalkan oleh B.F. Skinner dan menyatakan bahwa perilaku dapat ditingkatkan atau dikurangi melalui pemberian konsekuensi positif (reward) atau konsekuensi negatif (sanksi).
Teori ini menjelaskan bahwa reward dapat memperkuat perilaku yang diinginkan, sementara sanksi dapat mengurangi atau menghentikan perilaku yang tidak diinginkan.
2. Teori Kemandirian Diri (Self-Determination Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Edward Deci dan Richard Ryan. Teori ini menekankan pentingnya motivasi intrinsik dalam pembelajaran, yaitu motivasi yang muncul dari dalam diri anak.
Dalam konteks pemberian reward dan sanksi, teori ini menyarankan bahwa reward ekstrinsik haruslah mendukung dan memperkuat motivasi intrinsik anak, bukan menggantikannya.
3. Teori Pemberdayaan (Empowerment Theory)
Teori ini menekankan pentingnya memberikan kontrol dan otonomi kepada anak dalam proses pembelajaran dan pengambilan keputusan.
Dalam hal pemberian sanksi dan reward, teori ini menyarankan agar anak terlibat secara aktif dalam proses menentukan konsekuensi yang mereka terima, sehingga mereka merasa memiliki tanggung jawab atas tindakan dan keputusan mereka sendiri.
4. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura dan menekankan pentingnya pembelajaran melalui pengamatan dan peniruan.
Dalam hal pemberian sanksi dan reward, teori ini menyarankan bahwa pemberian konsekuensi haruslah konsisten dan adil, agar anak bisa belajar dari pengalaman orang lain dan mengembangkan konsep tentang apa yang dianggap sebagai perilaku yang baik dan buruk.
Tujuan Pemberian Reward dan Sanksi
Sementara Kurikulum Merdeka, pendekatan yang digunakan lebih mengarah pada pemberdayaan dan tanggung jawab penuh anak terhadap proses pembelajaran.
Kemandirian dan motivasi intrinsik anak menjadi sorotan utama dalam pendekatan ini. Anak diajarkan untuk berpikir kritis, mengatur waktu, bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, serta belajar dari pengalaman.
Pemberian sanksi dalam kurikulum merdeka sebaiknya dilakukan dengan cara yang membangun, seperti memberikan bantuan atau arahan saat anak menghadapi kesulitan dalam pembelajaran.
Tujuannya adalah untuk membantu anak agar dapat memecahkan masalah dengan cara yang lebih efektif dan mandiri. Sanksi yang berupa hukuman atau konsekuensi negatif sebaiknya dihindari agar tidak menekan motivasi anak dalam belajar.
Reward atau penghargaan pun juga perlu digunakan dengan bijaksana dalam Kurikulum Merdeka. Reward yang diberikan sebaiknya lebih fokus pada pencapaian pribadi anak, bukan hanya hasil akademik semata. Misalnya, penghargaan bisa diberikan saat anak berhasil mengatasi tantangan yang sulit atau ketika mereka menunjukkan kerja keras dan kerjasama dalam tim.
Sanksi yang diberikan haruslah proporsional dengan pelanggaran yang dilakukan. Sanksi dapat berupa teguran verbal, tugas tambahan, atau penugasan khusus terkait dengan pembelajarannya, hindari jauh-jauh hukuman berupa kekerasan fisik maupun bullying.
Tujuannya adalah untuk membantu anak menyadari dampak dari tindakan yang tidak sesuai dan mendorong perubahan perilaku yang lebih positif.
Di sisi lain, pemberian reward memiliki efek yang lebih menggembirakan bagi anak. Reward yang diberikan dapat berupa pujian, pengakuan, apresiasi, atau ada baiknya hadiah tidak berupa materi.
Tujuannya adalah memberikan penghargaan kepada anak atas usaha, prestasi, atau peningkatan kinerja yang mereka tunjukkan.
Pemberian Reward ini dapat membangkitkan motivasi, meningkatkan rasa percaya diri, dan memperkuat keterlibatan anak dalam proses pembelajaran.
Hal penting yang perlu diingat, tujuan utama Kurikulum Merdeka adalah meningkatkan kemandirian dan motivasi intrinsik anak guna memunculkan niat belajar dari dalam diri mereka sendiri.
Pemberian reward dan sanksi menurut penulis harus berdasarkan pada kesepakatan kelas sebelum penerapannya.
Anak diajarkan untuk mengambil tanggung jawab penuh terhadap pembelajaran mereka sendiri, serta memahami bahwa hingga akhirnya mereka akan mendapatkan kepuasan dan rasa bangga dari pencapaian mereka sendiri.
Namun, tidak ada pendekatan yang sempurna. Sanksi dan reward tetaplah merupakan instrumen yang bisa digunakan dalam kasus-kasus tertentu.
Pemberian sanksi dan reward sebaiknya dilakukan dengan cara yang membangun dan mengajarkan nilai-nilai positif kepada anak, seperti disiplin, kerja keras, dan tanggung jawab.
Hemat penulis dalam Kurikulum Merdeka, anak diberikan kebebasan lebih dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri. Namun, hal ini tidak berarti mereka tidak membutuhkan bimbingan atau perhatian dari guru atau orang tua.
Dalam situasi tertentu, sanksi dan reward tetaplah bisa digunakan sebagai alat untuk membantu anak mencapai target pembelajaran, tentunya dengan tetap memperhatikan konteks dan prinsip-prinsip dalam Kurikulum Merdeka.
Simpulannya anak diperbolehkan mendapatkan sanksi maupun reward dalam Kurikulum Merdeka, tetapi pemberian sanksi dan reward perlu dilakukan dengan bijaksana dan berdasarkan kepada kesepakatan kelas.
Kemandirian dan motivasi intrinsik anak tetap menjadi fokus utama dalam pendekatan ini. Sanksi dan reward yang diberikan sebaiknya membangun dan mengajarkan nilai-nilai positif kepada anak, serta tidak menghambat kemampuan mereka dalam belajar secara mandiri.